Rizka Andhani 17513892
Tugas Softskill
Pengertian Kesehatan
Pengertian sehat
menurut WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) adalah suatu kedaan kondisi fisik,
mental dan kesejahteraan sosial yang merupakan satu kesatuan dan bukan hanya
bebas dari penyakit atau kecacatan. Menurut Undang Undang Kesehatan N0. 23
tahun 1992 tentang kesehatan : Sehat atau kesehatan adalah suatu keadaan
sejahtera dari badan (jasmani), jiwa (rohani) dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup pro-duktif secara sosial dan ekonomis. Ada 3 komponen
penting dalam definisi sehat yaitu:
1. Sehat Jasmani.
2. Sehat Mental (pikiran, emosional,dan spiritual).
3. Sehat Sosial (status sosial, kesejahteraan ekonomi, toleransi, menghargai).
1. Sehat Jasmani.
2. Sehat Mental (pikiran, emosional,dan spiritual).
3. Sehat Sosial (status sosial, kesejahteraan ekonomi, toleransi, menghargai).
Sehat dapat dikatakan sebagai suatu kondisi normal
baik secara fisik, emosi, intelektual, spritual dan sosial. Dari pernyataan
diatas sudah bisa didapat tentang dimensi sehat, yaitu :
1. Dimensi Emosi: Orang yang sehat secara emosi
dapat terlihat dari kestabilan dan kemampuannya mengontrol dan mengekspresikan
perasaan seperti marah, sedih atau senang dan tidak ditampilkan secara
berlebihan.
2. Dimensi Intelektual: Orang yang sehat secara
intelektual yaitu jika seseorang memiliki kecerdasan dalam kategori yang baik
mampu melihat realitas. Memiliki nalar yang baik dalam memecahkan masalah atau
mengambil keputusan.
3. Dimensi Sosial: Orang sehat secara sosial yaitu
mereka yang bisa berinteraksi dan berhubungan baik dengan sekitarnya mampu
untuk bekerjasama.
4. Dimensi Fisik dan Mental: Orang yang sehat bila
secara fisiologis(fisik) terlihat normal tidak cacat, tidak mudah sakit, tidak
kekurangan sesuatu apapun.
5. Dimensi Spiritual: Orang yang sehat secara
spiritual dalah mereka yang memiliki suatu kondisi ketenangan jiwa dengan Id
mereka. Secara rohani dianggap sehat karena pikirannya jernih tidak melakukan
atau bertindak hal-hal yang diluar batas kewajaran sehingga bisa berpikir
rasional.
Pengertian
Mental Hygiene
Menurut M. Surya (1976) mental hygiene diterjemahkan
menjadi hygiene mental atau “ilmu
kesehatan mental” dengan pengertian sebagai usaha-usaha yang dilakukan agar
tercapai mental yang sehat. Secara etimologis hygiene berasal dari kata hygea
yaitu nama seorang dewa dari Yunani kuno yang bertugas mengurus masalah
kesehatan manusia di dunia. Istilah lain dari hygiene adalah psiko-higiene
dikemukakan oleh Sikun Pribadi. Ia menggunakan istilah mental hygiene karena
menurutnya pengertian mental hanya menitik bertakan pada kerohanian manusia,
sedangkan istilah psiko-higiene kesatuan
jiwa raga yang menunjukan bahwa kesehatan jiwa tidak dapat dipisahkan dengan
kesehatan jasmani. Dengan demikian psiko-higiene merupakan kondisi yang
sifatnya menyeluruh meliputi jasmani, kebahagiaan, religius dan kehidupan
ber-Tuhan.
Karakteristik Mental yang Sehat
1. Terhindar dari gejala-gejala gangguan
jiwa dan penyakit jiwa
Zakiyah Drajat
(1975) mengemukakan perbedaan antara gangguan jiwa (neurose) dengan penyakit jiwa (psikose)
yaitu:
a.
Yang neurose masih merasakan dan
mengetahui kesukarannya sebaliknya yang kena psikose tidak.
b.
Yang neurose, kepribadiannya
tidak jauh dari realitas dan masih hidup dalam alam kenyataan pada umumnya,
sedangkan yang kena psikose
kepribadiannya dari segala segi (tanggapan, perasaan, emosi) sangat terganggu
tidak ada integritas dan ia hidup jauh dari alam kenyataan.
2. Dapat Menyeseuaikan Diri
Penyesuaian diri
merupakan proses untuk memperoleh atau memenuhi kebutuhan dan mengatasi stress,
konflik serta masalah-masalah tertentu dengan cara tertentu. Seseorang yang
dapat menyesuaikan diri adalah orang yng mampu memenuhi kebutuhannya dan dapat
mengatasi masalah secara wajar dan tidak merugikan orang lain.
3. Memanfaatkan
Potensi Semaksimal Mungkin
Individu yang
sehat mentalnya adalah individu yang mampu memanfaatkan potensi yang
dimilikinya dalam kegiatan yang positif. Misalnya seperti kegiatan belajar dan
bersosialisasi membentuk suatu perkumpulan organisasi dirumah, di sekolahmaupun
dilingkungan sekitar.
4. Tercapainya
Kebahagiaan Pribadi dan Orang lain
Orang yang sehat
mentalnya akan menampilkan respon terhadap situasi yang dihadapinya dalam
rangka memenuhi kebutuhannya dan memberikan dampak yang positif bagi dirinya
sendiri maupun orang lain. Memiliki prinsip untuk tidak mengorbankan hak orang
lain atau tidak mencari keuntungan dan untuk mencapai kebahagiaan bersama.
Hubungan Kesehatan Mental dengan Religius
Manusia adalah
makhluk beragama(homo religius) yaitu makhluk yang memiliki keagamaan dan
kemampuan untuk memahami dan mengamalkan nilai-nilai agama. Agama sebagai
pedoman hidup bagi manusia juga memberikan petunjuk tentang berbagai aspek
kehidupan termasuk pembinaan dan pengembangan mental (rohani) yang sehat yang
berfungsi sebagai berikut:
1.
Memelihara Fitrah
Manusia
dilahirkan dalam keadaan fitrahnya bersih dari dosa dan noda, akan tetapi
karena manusia memiliki hawa nafsu yang juga didasarkan oleh dorongan-dorongan
luar maka manusia sering terjerumus melakukan perbuatan dosa. Agar manusia
dapat mengendalikan hawa nafsunya maka manusia harus beragama dan bertakwa
kepada Allah S.W.T dengan elaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangam-Nya.
2.
Memelihara Jiwa
Agama sangat
menghargai harkat dan martabat manusia. Dalam memelihara kemuliaan jiwa
manusia, maka agama mengharamkan atau melarang manusia melakukan penganiayaan,
penyikasaan atau pembunuhan.
3.
Memelihara Akal
Allah memberikan
karunia kepada manusia berupa akal yaitu kemampuan untuk membedakan yang baik
dan yang buruk dan mengembangkan iptek. Melalui kemampuannya inilah manusia
dapat berkembang menjadi makhluk yang berbudaya. Pentingnya peran akal ini
memberi petunjuk bagi manusia untuk selalu mensyukuri nikmat akal dengan
mengoptimalkan kemampuan kita untuk berpikir dan menjauhi perbuatan yang dapat
merusak akal kita.
4.
Memelihara Keturunan
Agama
mengajarkan kepada kita tentang cara memelihara keturunan atau sistem
regenerasi yang suci aturan itu disebut dengan pernikahan. Pernikahan merupakan
acara yang sangat sakral dan wajib ditempuh bagi pasangan pria dan wanita
sebelum melakukan hubungan biologis sebagai suami-isteri. Pernikhan bujan hanya
bertujuan sebagai ibadah tetapi juga untuk membangun suatu keluarga yang baru yang
nantinya akan melahirkan generasi-generasi selanjutnya.
Jadi keterkaitan
antara kesehatan mental dengan religius (agama) tidak hanya dijadikan sebagai
pedoman akan tetapi agama juga berperan sebagai terapi atau penyembuhan bagi
gangguan kejiwaan. Karena pada dasarnya agama memberikan suasana psikologis
tertentu dalam mengatasi konflik, frustasi dan memberikan kedamaian bagi jiwa.
Pengalaman agama bagi kehidupan sehari-hari dapat membentengi manusia dari gangguan
jiwa atau penyakit kejiwaan yang bisa datang kapan saja sepanjang hidup manusia
itu sendiri. Semakin dekat manusia dengan Tuhan dan semakin banyak ibdahnya,
maka akan semakin tentram jiwanya serta semakin mampu menghadapi kekecewaan dan
kesukaran-kesukaran dalam hidup. Begitu juga sebaliknya semakin jauh manusia
dengan Tuhan dan agama maka akan semakin susah baginya dalam mencari
ketentraman di dunia maupun akhirat nantinya.
Daftar Pustaka
Yusuf LN,
Syamsu. (2004). Mental Hygiene Pengembangan Kesehatan Mental dalam Kajian
Psikologi dan Agama. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Rahmayanti, Ani.
(2014).”Kekerasan
Psikis Pada Anak Usia Sekolah Dasar dan Impikasinya terhadap Kesehatan Mental”.
Program Pascasarjana. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar