Welcome To My Blog

Sabtu, 02 Juli 2016

Pendekatan Behavioristik

A.    Tokoh Pendekatan Behavioristik
Pendekatan behavioristik diperkenalkan pertama kali oleh J. B. Watson tahun 1913. Pada pendekatan ini banyak perilaku yang tampak yang dapat diukur dan diramalkan. Menurut behavioristik pada saat lahir manusia tidak membawa apapun dan manusia berkembang dengan stimulus. Objek psikologi pada pendekatan behavioristik adalah tingkah laku. Semua bentuk tingkah laku dikembalikan pada reflek dan mementingkan pembentukan pada kebiasaan.
Pendekatan behavioristik diperkenalkan oleh beberapa tokoh, diantaranya:
1.      Ivan Pavlov
Para ahli behavioristik termasuk Pavlov ingin meneliti psikologi secara objektif, yaitu dapat diobservasi secara langsung. Pavlov melalui eksperimennya mengenai perilaku “classical conditioning” dengan anjing sebagai objek. Studi dari eksperimen ini mengenai proses belajar yang melibatkan respon yang bersifat refleks, mengeksplorasi bagaimana stimulus baru (netral) dapat menghasilkan atau memunculkan respon refleks melalui proses belajar.
Prinsip utama pada eksperimen yang dilakukan Pavlov ialah stimulus netral dapat menghasilkan suatu respon karena diasosiasikan (dipasangkan atau dikaitkan) dengan stimulus yang secara otomatis memang menghasilkan respon yang sama atau hampir sama.

2.      E. L. Thorndike
Thorndike merupakan tokoh yang mengadakan penelitian tentang animal psychology. Penelitian terhadap tingkah laku binatang ini mencerminkan prinsip dasar pembentukan tingkah laku yaitu melalui proses belajar dan dasar dari belajar ialah asosiasi. Thorndike percaya bahwa makhluk hidup, terutama manusia dapat mengubah tingkah lakunya dalam kondisi apapun. Hasil dari penelitian Thorndike ialah terbentuknya “The Law of Effect” yaitu respon yang diikuti dengan outcome yang membuat senang atau puas cenderung akan diulang, dan sebaliknya.

3.      B. F. Skinner
Skinner merupakan tokoh behavioristik yang mengadakan percobaan yang disebut dengan proses kondisioning operant. Proses kondisioning (operant conditioning) tidak jauh berbeda dari kondisioning klasik (classical conditioning) milik Pavlov. Pada operant conditioning semua tingkah laku ditentukan oleh adanya aturan-aturan, dapat diprediksi, dapat dilakukan dalam lingkungan yang dikontrol.
Konsep pada operant conditioning ialah jika respon atau tingkah laku diikuti adanya reinforce, maka respon tersebut akan diperkuat atau diulang atau juga diperlemah atau tidak dilakukan lagi. Reinforce ialah stimulus yang jika setelah adanya suatu respon akan mengubah (meningkatkan atau menurunkan) kemungkinan munculnya kembali respon tersebut.

4.      J. B. Watson

Menurut Watson yang dipelajari dalam psikologi adalah perilaku yang dapat diamati, bukan kesadaran karena merupakan pengertian yang meragukan (dubious). Eksperimen Watson yang terkenal adalah eksperimen dengan anak yang bernama Albert berusia 11 bulan. Eksperimen ini Watson memunculkan rasa takut Albert terhadap tikus putih dan menghilangkan kembali rasa takut tersebut. Pada kasus fobia dapat dijelaskan dengan eksperimen Watson ini.
1.      Teknik-teknik Terapi Behavioristik
Terdapat beberapa teknik dalam terapi behavior, yaitu:
a.        Disentisasi Sistematis
Teknik terapi ini dikembangkan oleh Joseph Wolpe. Digunakan pada orang-orang yang memiliki kecemasan, phobia, dan penghindaran diri. Prosedur dalam teknik terapi ini:
1)      Klien diminta untuk membuat hirarki ketakutan atau kecemasan (dari taraf rendah hingga tinggi).
2)      Masalah dijelaskan oleh klien.
3)      Klien mempelajari dan melakukan teknik relaksasi, maka dilakukan pula hirarki kecemasan.
b.      Exposure Therapy
Teknik ini menghilangkan atau mengurangi perilaku menyimpang yang berkaitan dengan kecemasan. Prosedur pada teknik ini ialah klien langsung dihadapkan pada stimulus atau situasi yang membuatnya menjauh atau takut. Terapi ini dapat dilakukan dalam kehidupan nyata (in vivo) atau dibayangkan (in imagino).
c.       Assertiveness Training
Teknik ini dilakukan pada individu yang mengalami kesulitan menerima kenyataan bahwa menegaskan diri adalah tindakan yang benar. Latihan atau teknik ini dapat membantu orang-orang yang tidak mampu mengungkapkan perasaan atau kemarahan karena tersinggung dan memiliki kesulitan dalam mengatakan tidak.
d.      Manajemen Kontingensi
Teknik ini menggunakan teori pengkondisian operan Skinner. Manajemen kontingensi menggunakan kontrak tertulis formal antara klien dan terapis yang mencantumkan sasaran perubahan perilaku, bala bantuan, penghargaan yang diberikan, dan hukuman bila gagal memenuhi tuntutan perjanjian.
e.       Token Ekonomi
Strategi pembentukan perilaku ini bergantung pada penguatan untuk memodifikasi perilaku. Klien diperbolehkan untuk mendapatkan token yang dapat ditukar dengan hak-hak istimewa atau barang-barang yang diinginkan. Teknik ini biasa digunakan di kelas normal, seperti TK, tempat rehabilitasi, penjara, dan lain-lain.
f.       Aversion Therapy
Teknik aversion merupakan terapi yang paling kontroversi. Teknik ini digunakan untuk meredakan gangguan perilaku yang spesifik dengan stimulus menyakitkan sampai stimulus tidak diinginkan terhambat kemunculannya. Teknik ini juga biasanya berupa kejutan listrik atau pemberian ramuan yang memualkan. Serta sering digunakan untuk membantu klien mengontrol diri sebagai coping masalah terhadap obesitas, merokok, alkohol, dan sexual deviation.
g.      Terapi Pembanjiran dan Implosive
Teknik pembanjiran terdiri atas pemunculan stimulus berkondisi secara berulang-ulang tanpa penguatan. Sedangkan terapi implosive berasumsi bahwa tingkah laku neurotik melibatkan penghindaran terkondisi terhadap stimulus-stimulus penghasil kecemasan.

Tujuan Bahavior Theraphy


  • Untuk menyembuhkan ssakit kejiwaan (psikopatologi) dengan teknik-teknik yang dirancang untuk memperkuat perilaku yang diinginkan dan menyingkirkan perialaku yang tidak diinginkan.
  • Pemeliharaan perubahan perilaku.
  • Menciptakan proses baru bagi proses belajar.
Kelebihan dan Kekurangan Terapi  Behavioristik
Kelebihan
-Fokus terhadap permasalahan saat ini
-Secara langsung berhubungan dengan simtom-simtom atau gejala
-Pendekatan ini menekankan bahwa proses konseling dipandang sebagai proses belajar yang akan menghasilkan perubahan perilaku konseli secara nyata.
-Lebih bersifat objektif
Kelemahan
- Terapi ini hanya menilai berdasarkan perilaku yang tampak bukan berdasarkan kebutuhan subjek
- Mengabaikan masa lalu klien dan kekuatan alam bawah sadar
-Bersifat manipulatif
Daftar Pustaka:
Basuki, A. M. H. (2008). Psikologi umum. Depok: Universitas Gunadarma

Corey, G. (2009). Konseling dan psikoterapi.  Bandung: Refika Aditama.


Feist, J., & Feist, G. J. (2011). Teori kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika.