Rizka Andhani 17513892
Tugas Softskill
Fenomena
Kekerasan pada Anak
Pengertian
Agresi
Agresi merupakan perilaku yang
dimaksudkan menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun psikis (Baron & Byrne,
1994). Dalam hal ini, jika
menyakiti orang lain karena unsur ketidaksengajaan, maka perilaku tersebut
bukan dikategorikan perilaku agresi. Pengertian agresi merujuk pada perilaku
yang dimaksudkan untuk membuat objeknya mengalami bahaya atau kesakitan. Juga
agresi adalah setiap bentuk keinginan (drive-motivation) yang diarahkan
pada tujuan untuk menyakiti atau melukai seseorang.
Agresi adalah fenomena kompleks yang
terdiri dari sejumlah perilaku dari jenis yang lebih khusus. Salah satu contoh dari
tindakan agresi adalah kekerasan. Kekerasan berarti penganiayaan, penyiksaan,
atau perlakuan salah. Menurut WHO, (dalam Bagong. S, dkk, 2000) kekerasan
adalah penggunaan kekuatan fisik dan kekuasaan, ancaman atau tindakan terhadap
diri sendiri, perorangan atau sekelompok orang atau masyarakat yang
mengakibatkan atau kemungkinan besar mengakibatkan memar/trauma, kematian,
kerugian psikologis, kelainan perkembangan atau perampasan hak.
Barker mendefinisikan child
abuse merupakan tindakan melukai beulang-ulang secara fisik dan emosional
terhadap anak yang ketergantungan, melalui desakan hasrat, hukuman badan yang
tak terkendali, degradasi dan cemoohan permanen atau kekerasan seksual. Berikut
ini saya akan membahas tentang kekerasan pada anak yang dilakukan orang tua
dalam bentuk penyiksaan emosional.
Penyiksaan
emosi
Kekerasan Emosional (emotional
abuse) Emotional abuse terjadi
ketika orang tua/pengasuh dan pelindung anak setelah mengetahui anaknya meminta perhatian, mengabaikan anak itu. Ia
membiarkan anak basah atau lapar
karena ibu terlalu sibuk atau tidak ingin diganggu pada waktu itu. Ia boleh jadi mengabaikan kebutuhan anak
untuk dipeluk atau dilindungi. Anak akan
mengingat semua kekerasan emosional jika kekerasan emosional itu
berlangsung konsisten. Orang tua
yang secara emosional berlaku keji pada anaknya akan terusmenerus melakukan hal sama sepanjang kehidupan
anak itu. Penyiksaan emosi adalah semua
tindakan merendahkan atau meremehkan orang lain. Jika hal ini menjadi pola
perilaku maka akan mengganggu proses perkembangan anak selanjutnya. Hal ini
dikarenakan konsep diri anak terganggu, selanjutnya anak
merasa tidak berharga untuk dicintai dan dikasihi. Anak yang terus
menerus dipermalukan, dihina, diancam atau ditolak akan menimbulkan penderitaan
yang tidak kalah hebatnya dari penderitaan fisik.
Fenomena kasus yang akan dibahas
Misalnya seorang anak yang kelahirannya tidak diharapkan oleh ibunya karena
anak itu lahir tanpa seorang ayah alias hamil diluar nikah dan semasa
kehamilannya si ibu berusaha untuk mengguggurkan kandungannya karena malu dan
si ibu ini mengalami krisis ekonomi dan ternyata usahanya itu tidak berhasil.
Setelah lahir sampai tumbuh besar anak ini terus diabaikan dan mendapatkan
penolakan dari ibunya seperti diusir dari rumah, dicemooh dan kurang
diperhatikan sehingga mengakibatkan anak ini mengalami penyiksaan secara
batin/emosi lalu menjadi anak yang liar dan bahkan mungkin bisa terjerumus
dalam penyalahgunaan obat-obatan terlarang.
Penyebab terjadinya fenomena diatas
1.Karena adanya
penolakan.
2.Kurangnya
perhatian orangtua.
3.Adanya ancaman
dari orangtua.
4.Adanya
pengisolasian oleh orangtua.
Analisa dari kasus diatas:
Teori Deprivasi
Teori Deprivasi (kekurangan), yaitu adanya kesenjangan antara harapan dan
kenyataan sehingga orang yang bersangkutan merasa kekurangan. Dalam contoh
kasus diatas menujukkan bahwa ibunya tidak mengharapkan anaknya lahir kedunia
ditambah lagi kondisi ekonominya yang serba kekurangan.
Kaitan teori dengan kasus ini adalah jika seorang anak yang dari sejak
lahir mengalami deprivasi baik itu secara emosional dalam tahap awal maka akan
menjadikan anak tumbuh dengan rasa kecemasan, rasa tidak aman yang
mengakibatkan perkembangan anak menjadi tehambat dan menyebabkan rasa percaya
dirinya rendah karena anak merasa tidak dicintai, dikasihi dan tidak berharga
sehingga efek penyiksaan emosi ini dapat berkelanjutan dan memungkinkan si anak
ini setelah dia tumbuh dewasa perilakunya tidak dapat dikontrol seperti menjadi
anak yang brutal, melakukan tindakan agresi kepada orang lain, pergaulan bebas,
penyalahgunaan obat-obatan terlarang hingga berujung pada bunuh diri.
Sarwono,Sarlito
W dan Eko A. Meinarno. (2004). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Feist, Jess dan
Gregory J. Feist. (1998). Theories Of Personality. Edisi ke 2. Diterjemahkan
oleh: Smita Prahita Sjahputri. Jakarta: Salemba Humanika.
Suyanto, Bagong.
(2010). Masalah Sosial Anak. Hal 29. Jakarta: Kencana.
Baron dan Robert
A. (1994). Perilaku Agresi. Diterjemahkan oleh: Ratna Djuwita. Jakarta:
Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar