Welcome To My Blog

Senin, 27 April 2015

Kekerasan Pada Anak

Rizka Andhani            17513892
Tugas Softskill
Fenomena Kekerasan pada Anak


Pengertian Agresi
Agresi merupakan perilaku yang dimaksudkan menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun psikis (Baron & Byrne, 1994). Dalam hal ini, jika menyakiti orang lain karena unsur ketidaksengajaan, maka perilaku tersebut bukan dikategorikan perilaku agresi. Pengertian agresi merujuk pada perilaku yang dimaksudkan untuk membuat objeknya mengalami bahaya atau kesakitan. Juga agresi adalah setiap bentuk keinginan (drive-motivation) yang diarahkan pada tujuan untuk menyakiti atau melukai seseorang.
Agresi adalah fenomena kompleks yang terdiri dari sejumlah perilaku dari jenis yang lebih khusus. Salah satu contoh dari tindakan agresi adalah kekerasan. Kekerasan berarti penganiayaan, penyiksaan, atau perlakuan salah. Menurut WHO, (dalam Bagong. S, dkk, 2000) kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik dan kekuasaan, ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan atau sekelompok orang atau masyarakat yang mengakibatkan atau kemungkinan besar mengakibatkan memar/trauma, kematian, kerugian psikologis, kelainan perkembangan atau perampasan hak.
Barker mendefinisikan child abuse merupakan tindakan melukai beulang-ulang secara fisik dan emosional terhadap anak yang ketergantungan, melalui desakan hasrat, hukuman badan yang tak terkendali, degradasi dan cemoohan permanen atau kekerasan seksual. Berikut ini saya akan membahas tentang kekerasan pada anak yang dilakukan orang tua dalam bentuk penyiksaan emosional.
Penyiksaan emosi
Kekerasan Emosional (emotional abuse) Emotional abuse terjadi ketika orang tua/pengasuh dan pelindung anak setelah mengetahui anaknya meminta perhatian, mengabaikan anak itu. Ia membiarkan anak basah atau lapar karena ibu terlalu sibuk atau tidak ingin diganggu pada waktu itu. Ia boleh jadi mengabaikan kebutuhan anak untuk dipeluk atau dilindungi. Anak akan mengingat semua kekerasan emosional jika kekerasan emosional itu berlangsung konsisten. Orang tua yang secara emosional berlaku keji pada anaknya akan terusmenerus melakukan hal sama sepanjang kehidupan anak itu. Penyiksaan emosi adalah semua tindakan merendahkan atau meremehkan orang lain. Jika hal ini menjadi pola perilaku maka akan mengganggu proses perkembangan anak selanjutnya. Hal ini dikarenakan konsep diri anak terganggu, selanjutnya anak merasa tidak berharga untuk dicintai dan dikasihi. Anak yang terus menerus dipermalukan, dihina, diancam atau ditolak akan menimbulkan penderitaan yang tidak kalah hebatnya dari penderitaan fisik.
Fenomena kasus yang akan dibahas
Misalnya seorang anak yang kelahirannya tidak diharapkan oleh ibunya karena anak itu lahir tanpa seorang ayah alias hamil diluar nikah dan semasa kehamilannya si ibu berusaha untuk mengguggurkan kandungannya karena malu dan si ibu ini mengalami krisis ekonomi dan ternyata usahanya itu tidak berhasil.
Setelah lahir sampai tumbuh besar anak ini terus diabaikan dan mendapatkan penolakan dari ibunya seperti diusir dari rumah, dicemooh dan kurang diperhatikan sehingga mengakibatkan anak ini mengalami penyiksaan secara batin/emosi lalu menjadi anak yang liar dan bahkan mungkin bisa terjerumus dalam penyalahgunaan obat-obatan terlarang.
Penyebab terjadinya fenomena diatas
1.Karena adanya penolakan.
2.Kurangnya perhatian orangtua.
3.Adanya ancaman dari orangtua.
4.Adanya pengisolasian oleh orangtua.
Analisa dari kasus diatas:
Teori Deprivasi
Teori Deprivasi (kekurangan), yaitu adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan sehingga orang yang bersangkutan merasa kekurangan. Dalam contoh kasus diatas menujukkan bahwa ibunya tidak mengharapkan anaknya lahir kedunia ditambah lagi kondisi ekonominya yang serba kekurangan.
Kaitan teori dengan kasus ini adalah jika seorang anak yang dari sejak lahir mengalami deprivasi baik itu secara emosional dalam tahap awal maka akan menjadikan anak tumbuh dengan rasa kecemasan, rasa tidak aman yang mengakibatkan perkembangan anak menjadi tehambat dan menyebabkan rasa percaya dirinya rendah karena anak merasa tidak dicintai, dikasihi dan tidak berharga sehingga efek penyiksaan emosi ini dapat berkelanjutan dan memungkinkan si anak ini setelah dia tumbuh dewasa perilakunya tidak dapat dikontrol seperti menjadi anak yang brutal, melakukan tindakan agresi kepada orang lain, pergaulan bebas, penyalahgunaan obat-obatan terlarang hingga berujung pada bunuh diri.
 Daftar Pustaka
Sarwono,Sarlito W dan Eko A. Meinarno. (2004). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Feist, Jess dan Gregory J. Feist. (1998). Theories Of Personality. Edisi ke 2. Diterjemahkan oleh: Smita Prahita Sjahputri. Jakarta: Salemba Humanika.
Suyanto, Bagong. (2010). Masalah Sosial Anak. Hal 29. Jakarta: Kencana.
Baron dan Robert A. (1994). Perilaku Agresi. Diterjemahkan oleh: Ratna Djuwita. Jakarta: Erlangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar