Hubungan antara
Ekologi dengan Psikologi
Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas individu pada mata kuliah
“Matematika Dan Ilmu Alamiah Dasar”
Dosen
Pengampu
Sidik Lestiyono
Disusun Oleh:
Rizka
Andhani 17513892
Kelas: 1PA08
Fakultas Psikologi
Universitas Gunadarma
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan segala rahmat-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tanpa suatu halangan
apapun. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas mata kuliah “Matematika dan Ilmu Alamiah Dasar” yang diberikan
oleh dosen pengampu. Ucapan terima
kasih kami sampaikan untuk keluarga kami dan rekan-rekan sekalian yang telah
memberikan dorongan moril kepada kami,
sehingga makalah ini dapat kami selesaikan.
Meskipun demikian kami
menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
mengarapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna menyempurnakan
makalah ini.Demikian sepatah dari kami, semoga makalah ini bermanfaat untuk
penulis pada khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya.
Depok,
Juni 2014
Tim Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam
pandangan historis, ekologi tidak begitu jelas. Ini disebabkan karena perkembangannya
yang berangsur-angsur. Catatan Hipocratus, Aristoteles, dan filosof lainnya,
merupakan naskah kuno yang berisi rujukan tentang masalah-masalah ekologi,
meskipun tidak menggunakan nama ekologi. Baru pada abad ke-16 dan 17 ayang
timbul dari natural history yang kemudian berkembang menjadi satu ilmu yang
sistematik, analitik, dan obyektif mengenai hubungan organisme dan lingkungan
yaitu EKOLOGI. Nama tersebut baru dikemukakan oleh seorang ahli biologi Jerman
yang bernama Earns Haeckel (1834-1919) pada tahun 1860.
Sebelum
itu, banyak orang besar dari kebangunan biologi abad ke-18 telah menyumbang
kepada pokok persoalannya walaupun etiket “ekologi” tidak digunakan. Misalnya:
Anton van Leeuwenhoek, yang lebih dikenal sebagai ahli mikroskop perintis dari
awal tahun 1700 juga mempelopori pengkajian “rantai-rantai makanan” dan
“pengaturan populasi”, dua bidang penting dalam ekologi mutakhir. Sekitar tahun
1900, ekologi diakui sebagai suatu disiplin ilmu dan berkembang terus dengan
cepat. Apalagi saat dunia sangat peka terhadap masalah lingkungan dalam
mengadakan dan memelihara mutu manusia. Ekologi merupakan cabang ilmu yang
mendasarinya dan selalu berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa yang
dimaksud dengan ekologi?
2.
Bagaimana hubungan ekologi dengan ilmu-ilmu lainnya?
3.
Bagaimana keterkaitan antara ekologi dengan psikologi?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan ekologi.
2. Untuk
mengetahui hubungan ekologi dengan ilmu-ilmu lainnya.
3. Untuk
mengetahui keterkaitan antara ekologi dengan psikologi.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Ekologi
Ekologi berasal dari bahasa Yunani
“Oikos” yang berarti rumah atau tempat hidup, dan “logos” yang berarti ilmu.
Secara harfiyah Ekologi adalah pengkajian hubungan organisme-organisme atau
kelompok organisme terhadap lingkungannya. Ekologi merupakan ilmu pengetahuan
tentang hubungan antara organisme dan lingkungannya. Atau ilmu yang mempelajari
pengaruh faktor lingkungan terhadap jasad hidup. Ada juga yang mngatakan bahwa
ekologi adalah suatu ilmu yang mencoba mempelajari hubungan antara tumbuhan,
binatang, dan manusia dengan lingkungannya di mana mereka hidup, bagaimana
kehidupannya, dan mengapa berada di tempat tersebut. Ekologi merupakan salah
satu cabang Biologi yang hanya mempelajari apa yang ada dan apa yang terjadi di
alam dengan tidak melakukan percobaan.
Tetapi biasanya ekologi didevinisikan
sebagi pengkajian hubungan organisme-organisme atau kelompok-kelompok organisme
terhadap lingkungannya, atau ilmu hubungan timbal-balik antara organisme-organisme
hidup dan lingkungannya. Sebab ekologi memperhatikan terutama biologi
“golongan-golongan” organisme dan dengan proses-proses fungsional di daratan
dan air adalah lebih tetap berhubungan dengan upaya mutakhir untuk
mendevinisikan ekologi sebagai pengkajian struktur dan fungsi alam, telah
dipahami bahwa manusia merupakan bagian dari pada alam.
Menurut Odum (1971) ekologi mutakhir
adalah suatu studi yang mempelajari struktur dan fungsi ekosistem atau alam di
mana manusia adalah bagian dari alam. Struktur di sini menunjukan suatu keadaan
dari sistem ekologi pada waktu dan tempat tertentu termasuk kerapatan atau
kepadatan, biomas, penyebaran potensi unsur-unsur hara (materi), energi,
faktor-faktor fisik dan kimia lainnya yang mencirikan sistem tersebut.
Sedangkan fungsinya menggambarkan sebab-akibat yang terjadi dalam sistem. Jadi
pokok utama ekologi adalah mencari pengertian bagaimana fungsi organisme di
alam.
Jelaslah bahwa ekologi adalah ilmu
yang mempelajari makhluk hidup dalam rumah tangganya atau ilmu yang mempelajari
seluruh pola hubungan timbal balik antara makhluk hidup sesamanya dan dengan
komponen di sekitarnya. Dengan demikian seorang ahli ekologi juga menaruh minat
kepada manusia, sebab manusia merupakan spesies lain (makhluk hidup) dalam
kehidupan di biosfer (tempat hidup) secara keseluruhan. Selanjutnya dengan
adanya gerakan kesadaran lingkungan di negara maju sejak tahun 1968 sedangkan
di Indonesia sejak tahun 1972, di mana setiap orang mulai memikirkan masalah
pencemaran, daerah-daerah alami, hutan, perkembangan penduduk, masalah makanan,
penggunaan energi, kenaikan suhu bumi karena efek rumah kaca atau pemanasan
global, ozon berlubang dan lainnya telah memberikan efek yang mendalam atas
teori ekologi. Ekologi merupakan disiplin baru dari Biologi yang merupakan mata
rantai fisik dan proses biologi serta bentuk-bentuk yang menjembatani antara
ilmu alam dan ilmu sosial.
Pembagian Ekologi
Ekologi dapat dibagi menjadi 2,
yaitu:
1. Autekologi:
membahas pengkajian individu organisme atau spesies. Sejarah-sejarah hidup dan
prilaku sebagai cara-cara penyesuaian diri terhadap lingkungan biasanya
mendapatkan penekanan.
2. Synekologi:
membahas pengkajian golongan atau kumpulan organisme-organisme yang berasosiasi
bersama sebagai satuan.
Bila diadakan suatu studi mengenai
hubungan suatu jenis pohon terhadap lingkungan, pengkajian itu akan bersifat
autekologi. Apabila studi itu memperhatikan atau mengenai hutan di mana jenis
pohon itu tumbuh, pendekatannya bersifat sinekologi.
Pembagian ekologi seperti ini sangat
berguna dalam penelitian. Seseorang yang akan melakukan penelitian dapat
memusatkan diri pada proses-proses, tingkat-tingkat, lingkungan-lingkungan,
organisme-organisme, atau masalah-masalah dan membuat sumbangan-sumbangan yang
bernilai terhadap keseluruhan mengenai biologi lingkungan.
2. Hubungan Ekologi dengan Ilmu-Ilmu Lain
Ekologi
mempunyai perkembangan yang berangsur-angsur. Dari perkembangan itu semakin
terlihat bahwa ekologi mempunyai hubungan dengan hampir ilmu-ilmu lainnya. Guna
memahami ruang lingkup dan sangkut-pautnya ekologi, persoalannya harus
dipandang dalam hubungannya dengan ilmu-ilmu lain. Untuk mengerti hubungan
antara organisme dan lingkungan, semua bidang ilmu yang menerangkan tentang
komponen-komponen makhluk hidup dan lingkungan itu sangat diperlukan. Jika
berbicara mengenai pencemaran hutan, perkembangan penduduk, masalah makanan,
penggunaan energi, kenaikan suhu bumi karena efek dari rumah kaca atau
pemenasan global, ozon berlubang dan lainnya, ini berarti juga harus berbicara
mengenai ilmu kimia, fisika, pertanian, kehutanan, ilmu gizi, klimatologi, dan
lainnya. Boleh dikatakan bahwa semakin hari semakin terasa hubungan ekologi
dengan hampir semua bidang ilmu yang ada. Semakin terasa bahwa semua orang
harus memahami ekologi.
Dalam
ekologi, istilah populasi dinyatakan sebagai golongan individu-individu dari
setiap spesies organisme. Sedangkan komunitas adalah semua populasi-populasi
yang menduduki daerah tertentu. Komunitas dan lingkungan yang tidak hidup
berfungsi bersama sebagai sistem ekologi atau ekosistem. Penting untuk
diketahui bahwa tidak ada garis pemisah yang jelas ditunjukan pada spektrum
yang dimaksud.
Interaksi
dengan lingkungan fisik (energi dan mineral) pada setiap tingkat menghasilkan
sistem-sistem fungsional yang khas. Di mana sistem tersebut mempunyai tujuan
dan merupakan gabungan dari berbagai komponen yang secara teratur berinteraksi
satu sama lain dan saling ketergantungan serta membentuk satu kesatuan secara
keseluruhan. Agar mudah dimengerti hubungan organisme dan lingkungannya, semua
bidang ilmu yang dapat menerangkan setiap makhluk hidup dan lingkungan sangat
diperlukan. Penyebaran, adaptasi dan aspek-aspek fungsi organisme dan komunitas
banyak dipelajari dalam ekologi dan erat hubungannya dengan ilmu-ilmu biologi
lainnya seperti taksonomi, morfologi, fisiologi, genetika. Sedangkan
klimatologi, ilmu tanah, geologi, dan fisika memberikan informasi mengenai
keadaan lingkungan. Jadi pengetahuan dan biologi sangat diperlukan bagi seorang
ahli ekologi untuk dapat mengungkapkan hubungan antara lingkungan dan dunia
kehidupan.
1. Ekologi
dalam politik
Ekologi
menimbulkan banyak filsafat yang amat kuat dan pergerakan politik – termasuk
gerakan konservasi, kesehatan, lingkungan,dan ekologi yang kita kenal sekarang.
Saat semuanya digabungkan dengan gerakan perdamaian dan Enam Asas, disebut
gerakan hijau. Umumnya, mengambil kesehatan ekosistem yang pertama pada daftar
moral manusia dan prioritas politik, seperti jalan buat mencapai kesehatan
manusia dan keharmonisan sosial, dan ekonomi yang lebih baik.
Orang yang
memiliki kepercayaan-kepercayaan itu disebut ekolog politik. Beberapa telah
mengatur ke dalam Kelompok Hijau, namun ada benar-benar ekolog politik dalam
kebanyakan partai politik. Sangat sering mereka memakai argumen dari ekologi
buat melanjutkan kebijakan, khususnya kebijakan hutan dan energi. Seringkali
argumen-argumen itu bertentangan satu sama lain, seperti banyak yang dilakukan
akademisi juga.
2. Ekologi
dalam ekonomi
Banyak
ekologi menghubungkan ekologi dengan ekonomi manusia:
·
Lynn Margulis mengatakan bahwa studi ekonomi bagaimana
manusia membuat kehidupan. Studi ekologi bagaimana tiap binatang lainnya
membuat kehidupan.
·
Mike Nickerson mengatakan bahwa ekonomi tiga perlima
ekologi sejak ekosistem menciptakan sumber dan membuang sampah, yang mana
ekonomi menganggap dilakukan untuk bebas.
Ekonomi
ekologi dan teori perkembangan manusia mencoba memisahkan pertanyaan ekonomi
dengan lainnya, namun susah. Banyak orang berpikir ekonomi baru saja menjadi
bagian ekologi, dan ekonomi mengabaikannya salah. Modal alam ialah 1 contoh 1
teori yang menggabungkan 2 hal itu.
3. Ekologi
dalam kacamata antropologi
Terkadang
ekologi dibandingkan dengan antropologi, sebab keduanya menggunakan banyak
metode untuk mempelajari satu hal yang kita tak bisa tinggal tanpa itu.
Antropologi ialah tentang bagaimana tubuh dan pikiran kita dipengaruhi
lingkungan kita, ekologi ialah tentang bagaimana lingkungan kita dipengaruhi
tubuh dan pikiran kita.
Beberapa
orang berpikir mereka hanya seorang ilmuwan, namun paradigma mekanistik
bersikeras meletakkan subyek manusia dalam kontrol objek ekologi — masalah
subyek-obyek. Namun dalampsikologi evolusioner atau psikoneuroimunologi
misalnya jelas jika kemampuan manusia dan tantangan ekonomi berkembang bersama.
Ekologi
adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dan lingkungan mereka.
Ahli ekologi mungkin menyelidiki hubungan antara populasi organisme dan
beberapa karakteristik fisik lingkungan mereka, seperti konsentrasi zat kimia,
atau mereka mungkin menyelidiki interaksi antara dua populasi organisme yang
berbeda melalui beberapa hubungan simbiosis atau kompetitif.
5. Ruang
Lingkup Ekologi
Istilah
ekologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani yaitu oikos dan logos. Istilah
ini mula-mula diperkenalkan oleh Ernst Haeckel pada tahun 1869. Tetapi jauh
sebelurmya, studi dalam bidang-bidang yang sekarang termasuk dalam ruang
lingkup ekologi telah dilakukan oleh para pakar.
1) Ekologi
merupakan cabang biologi, dan merupakan bagian dasar dari biologi. Ruang
lingkup ekologi meliputi populasi, komunitas, ekosistein, hingga biosfer.
Studi-studi ekologi dikelompokkan ke dalam autekologi dan sinekologi.
2) Ekologi
berkembang seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Perkembangan ekologi
tak lepas dari perkembangan ilmu yang lain. Misalnya, berkembangnya ilmu
komputer sangat membantu perkembangan ekologi. Penggunaan model-model
matematika dalam ekologi misalnya, tidak lepas dari perkembangan matematika dan
ilmu kornputer.
Ekosistem
1. Ekosistem
merupakan satuan fungsional dasar yang menyangkut proses interaksi organisme
hidup dengan lingkungan mereka. Istilah tersebut pada mulanya diperkenalkan
oleh A.G.Tansley pada tahun 1935. Sebelumnya, telah digrrnakan istilah-istilah
lain, yairu biocoenosis, dan mikrokosmos.
2. Setiap
ekosistem memiliki enam komponen yaitu produsen, makrokonsumen, mikrokonsumen,
bahan anorganik, bahan organik, dan kisaran iklim. Perbedaan antar ekosistem
hanya pada unsur-unsur penyusun masing-masing komponen tersebut. Masing-masing
komponen ekosistem mempunyai peranan dan mereka saling terkait dalam
melaksanakan proses-proses dalam ekosistem. Proses-proses dalam ekosistem
meliputi aliran energi, rantai makanan, pola keanekaragaman, siklus materi,
perkembangan, dan pengendalian.
3. Daerah
Aliran sungai (DAS) dari suatu badan air, akan menentukan stabilitas dan proses
metabolisme yang berlangsung di dalam badan air yang bersangkutan. Pengelolaan
badan air harus menyertakan pengelolaan daerah aliran sungainya.
4. Setiap
ekosistem rnampu mengendalikan dirinya sendiri, dan mampu menangkal setiap
gangguan terhadapnya. Kemampuan ini disebut homeostasis. Tetapi kemampuan ini
ada batasnya. Bilamana batas kemampuan tersebut dilampaui, ekosistem akan
mengalami gangguan. Pencemaran lingkungan merupakan salah satu bentuk gangguan
ekosistem akibat terlampauinya kemampuan homeostasis.
3. Hubungan
antara Ekologi dan Psikologi
Pengertian
Psikologi Lingkungan
Berikut
beberapa definisi menurut para ahli :
Heimstra
dan Mc Farling (Prawitasari,1989) menyatakan bahwa psikologi lingkungan adalah
disiplin ilmu yang memperhatikan dan mempelajari hubungan antara perilaku
manusia dengan lingkungan fisik.
Proshansky,
Ittleson, dan Rivlin (Prawitasari, 1989) menyatakan bahwa psikologi lingkungan
adalah apa yang dilakukan oleh psikolog terhadap lingkungan.
Gifford
(1987) mendefinisikan psikologi lingkungan adalah studi dari transaksi diantara
individu dengan lingkungan fisiknya.
Vietch dan
Arkkelin (1995) mendefinisikan psikologi lingkungan sebagai ilmu perilaku
multidisiplin yang memiliki orientasi dasar dan terapan yang memfokuskan
interelasi antara perilaku dan pengalaman manusia sebagai individu dengan
lingkungan fisik dan sosial.
Jadi dapat
ditarik kesimpulan bahwa psikologi lingkungan adalah ilmu yang mempelajari
perilaku manusia bedasarkan pengaruh lingkungannya, baik lingkungan sosial, dan
lingkungan alam.
û
Ruang Lingkup Psikologi Lingkungan
Psikologi
lingkungan banyak mempunyai ruang lingkup diantaranya design, organisasi,
pemaknaan lingkuangan seperti alamiah, buatan, sosial, dan hasil modifikasi,
selain itu psikologi lingkungan juga mempelajari mengenai kebudayaan dan
kearifan lokal suatu tempat. Namun menurut Hardjowirogo, seorang antropolog,
menyatakan tidak ada jaminan akan keefektifan mawas diri. Contoh zaman sekarang
banyak orang tinggal dilingkungan yang baik namun perilakunya tidak
mencerminkan hal tesebut. Sehingga sekarang ini fungsi dari mawas diri hanya
jadi pengucapan belaka.
Teori
Ekologi Brofenbenner
Teori
sistem ekologi Bronfenbenner berfokus utama pada konteks sosial tempat anak
tinggal dan orang-orang yang mempengaruhi perkembangan anak. Teori ini terdiri
dari lima sistem lingkungan yang merentang dari interaksi interpersonal
sampai ke pengaruh kultur yang lebih luas. Kelima sistem tersebut adalah
mikrosistem, mesosistem, eksosistem, makrosistem dan kronosistem. (Helmi,
1999)
Mikrosistem adalah setting tempat individu banyak menghabiskan waktu. Beberapa
konteks dalam sistem ini antara lain adalah keluarga, teman sebaya, sekolah,
dan tetangga. Dalam mikrosistem inilah individu berinteraksi dengan agen sosial
secara langsung (keluarga, teman sebaya, guru).
Menurut
Bronfenbenner, dalam setting ini individu bukanlah penerima pengalaman yang pasif,
tetapi sebagai individu yang berinteraksi secara timbal balik dengan orang
lain. Bronfrenbrenner menunjukkan bahwa kebanyakan penelitian tentang
dampak-dampak sosiokultural berfokus pada mikrosistem. (Santrock, Psikologi
Pendidikan, 2008)
Mesosistem adalah
hubungan antara beberapa mikrosistem atau hubungan antara beberapa konteks.
Contohnya adalah hubungan antara pengalaman keluarga dengan pengalaman sekolah,
pengalaman sekolah dengan pengalaman keagamaan, dan pengalaman keluarga dengan
pengalaman teman sebaya. (Santrock, Life-Span Development, 2002)
Dalam studi
terhadap seribu anak kelas delapan (3 SMP), diteliti dampak gabungan dari
pengalaman di keluarga dan di sekolah terhadap sikap dan prestasi siswa saat
siswa melewati masa transisi dari tahun terakhir SMP ke awal SMA (Epstein,1983
dalam Santrock, 2008). Siswa yang diberi kesempatan lebih banyak untuk
berkomunikasi dan mengambil keputusan (baik di rumah maupun di kelas)
menunjukkan inisiatif dan nilai akademik yang baik. (Santrock, Psikologi
Pendidikan, 2008)
Eksosistem, dilibatkan ketika pengalaman-pengalaman dalam setting
sosial lain, ketika individu tidak memiliki peran yang aktif mempengaruhi hal
yang individu alami dalam konteks yang dekat. Atau sederhananya menurut
eksosistem melibatkan pengalaman individu yang tak memiliki peran aktif di
dalamnya. Misalnya, pengalaman kerja dapat mempengaruhi hubungan seorang
perempuan dengan suami dan anaknya. Seorang ibu dapat menerima promosi yang
menuntutnya melakukan lebih banyak pekerjaan, yang dapat meningkatkan konflik
perkawinan dan perubahan pola interaksi orang tua-anak. (Santrock,
Life-Span Development, 2002)
Contoh lain
eksosistem adalah pemerintah kota yang bertanggung jawab bagi kualitas taman,
pusat rekreasi dan fasilitas perpustakaan bagi anak-anak dan remaja. Keputusan
mereka bisa membantu bisa menghambat atau membantu perkembangan individu
secara tidak langsung. (Santrock, Life-Span Development, 2002)
Makrosistem adalah
kultur yang lebih luas. Kultur merupakan istilah yang luas yang mencakup
peran etnis dan faktor sosioekonomi dalam perkembangan anak. Kultur adalah
konteks terluas tempat siswa dan guru tinggal, termasuk nilai dan adat istiadat
masyarakat. (Santrock, Psikologi Pendidikan, 2008)
Misalnya,
beberapa kultur (seperti Mesir dan Iran sebagai negara Islam), menekankan pada
peran gender yang tradisioanal. Kultur lain (seperti di Amerika Serikat)
menerima peran gender yang lebih bervariasi. Di kebanyakan negara Islam sistem
pendidikannya mengutamakan dominasi pria. Di Amerika, sekolah-sekolah semakin
mendukung nilai kesetaraan antara pria dan wanita. (Santrock, Psikologi
Pendidikan, 2008)
Satu dari
aspek atatus sosioekonomi murid adalah faktor perkembangan dalam kemiskinan.
Kemiskinan dapat memengaruhi perkembangan anak dan merusak kemampuan mereka
untuk belajar, meskipun beberapa anak di lingkungan miskin sangat rajin.
(Santrock, Psikologi Pendidikan, 2008)
Kronosistem, meliputi
pemolaan peristiwa-peristiwa sepanjang rangkaian kehidupan dan keadaan
sosiohistoris dari perkembangan individu. Misalnya, dalam mempelajari dampak
perceraian terhadap anak-anak, para peneliti menemukan bahwa dampak negatif
sering memuncak pada tahun pertama setelah percaraian dan bahwa dampaknya lebih
negatif bagi anak laki-laki daripada anak perempuan (Hetherington, 1989 dalam
Santrock, 2008). Dua tahun setelah perceraian, interaksi dalam keluarga tidak
begitu kacau dan lebih stabil. (Santrock, Psikologi Pendidikan, 2008)
Bronfenbrenner
semakin banyak memberi perhatian kepada kronosistem sebagai sistem lingkungan
yang penting. Dia memperhatikan dua problem penting, yaitu banyaknya anak
Amerika yang hidup dalam kemiskinan (terutama dalam keluargasingle-parent) dan
penurunan nilai-nilai. (Santrock, Life-Span Development, 2002)
Bronfenbenner
juga berpendapat bahwa anak-anak sekarang adalah generasi pertama yang
mendapatkan perhatian setiap hari, generasi pertama yang tumbuh dalam
lingkungan elektronik yang dipenuhi oleh komputer dan bentuk media baru,
generasi pertama yang tumbuh dalam revolusi seksual, dan generasi pertama yang
tumbuh di dalam kota yang semraut dan tak terpusat, yang tidak lagi jelas batas
antara kota, pedesaan atau subkota. (Santrock, Psikologi Pendidikan, 2008)
Evaluasi Teori Bronfenbenner
Teori
Bronfenbenner telah mendapat banyak popularitas. Teori ini memberikan kerangka
teoritis untuk mengkaji konteks sosial secara sistematis, baik di tingkat mikro
maupun makro. Teori ini juga menjembatani kesenjangan antara teori
behavioral yang berfokus pada setting kecil dan teori antropologi yang menganalisis setting yang
lebih luas. Teorinya memicu perhatian orang pada arti penting kehidupan anak
dari berbagaisetting. Misalkan
guru seharusnya tidak hanya mempertimbangkan hal yang terjadi di dalam kelas,
tetapi juga mempertimbangkan apa yang terjadi dalam keluarga, lingkungan, dan
teman sebaya siswanya. (Santrock, Psikologi Pendidikan, 2008).
Para
pengkritik teori Bronfenbenner mengatakan bahwa teorinya tidak banyak memberi
perhatian kepada faktor biologis dan kognitif dalam perkembangan anak. Mereka
juga menunjukkan bahwa teori tersebut tidak membahas perubahan perkembangan
bertahap yang menjadi fokus pada teori-teori seperti teori Piaget dan
Erikson. (Santrock, Psikologi Pendidikan, 2008).
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Pengertian ekologi secara harfiyah adalah suatau disiplin ilmu yang
mempelejari hubungan organisme-organisme atau kelompok organisme terhadap
lingkungannya. Sedangkan golongan individu-individu tersebut dari setiap
spesies organisme disebut populasi. Kenudian populasi-populasi yang menempati
suatu daerah tertentu membentuk suatu komunitas. Selanjutnya ekosistem yang
meupakan sistem yang terbentuk akibat interaksi komunitas tersebut dengan
tempat mereka hidup (lingkungan).
DAFTAR PUSTAKA
Djamal Irwan, Zoer’aini. Prinsip-Prinsip Ekologi dan
Organisasi Ekosistem Komunitas dan Lingkungan. (Jakarta: Bumi Aksara. 2003
Cetakan ke-3).
Heddy, Suwasono, dkk. Pengantar Ekologi. (Jakarta:
Rajawali, 1986).
Mc. Noughton, S.J., Larry L. Wolf. Ekologi Umum.
(Yogyakarta: Gajah Mada University. 1990)