BAB 8 : MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP
A.
PENGERTIAN PANDANGAN HIDUP
Setiap manusia
mempunyai pandangan hidup. Pandangan hidup itu
bersifat kodrati. Karena itu ia menentukan masa depan
seseorang. Untuk itu perlu dijelaskan pula apa arti
pandangan hidup. Pandangan hidup artinya pendapat atau pertimbangan yang
dijadikan pegangan, pedoman, arahan. Pendapat atau pertimbangan itu merupakan
hasil pemikiran manusia berdasarkan pengalaman sejarah menurut
waktu dan tempat hidupnya.
Dengan demikian
pandangan hidup itu bukanlah timbul seketika
atau dalam waktu yang singkat saja, melainkan
melalui proses waktu yang lama dan terus menerus,
sebingga basil pemikiran itu dapat diuji kenyataannya.Hasil
pemikiran itu dapat diterima oleh akal, sehingga diakui kebenarannya. Atas
dasar ini manusia menerima hasil pemikiran itu sebagai
pegangan, pedoman, arahan, atau petunjuk yang disebut
pandangan hidup.
Pandangan
hidup banyak sekali macamnya dan
ragamnya, akan tetapi pandangan hidup dapat
diklasifikasikan berdasarkan asalnya yaitu terdiri dari
3 macam :
(A)
Pandangan hidup yang berasal dari agama yaitu pandangan hidup
yang mutlak kebenarannya
(B) Pandangan hidup yang berupa ideologi yang disesuaikan dengan
kebudayaan dan norma yang terdapat pada negara tersebut.
(C) Pandangan hidup hasil renungan yaitu
pandangan hidup yang relatif kebenarannya.
Apabila pandangan hidup itu diterima
oleh sekelompok orang sebagai pendukung suatu organisasi,
maka pandangan hidup itu disebut ideologi. Jika
organisasi itu organisasi politik, ideologinya disebut
ideologi politik. Jika organisasi itu negara,
ideologinya disebut ideologi negara. Pandangan
hidup pada dasarnya mempunyai unsur-unsur
yaitu cita-cita, kebajikan, usaha, keyakinan/kepercayaan.
Keempat unsur ini merupakan satu rangkaian kesatuan yang tidak
terpisahkan.
Cita – cita ialah apa yang
diinginkan yang mungkin dapat dicapai dengan
usaha atau perjuangan. Tujuan yang hendak
dicapai ialah kebajikan, yaitu segala hal yang
baik yang membuat manusia makmur, bahagia, damai, tentram. Usaha atau
peIjuangan adalah kerja keras yang dilandasi keyakinan/kepercayaan.
Keyakinan/kepercayaan diukur dengan kemampuan akal, kemampuan jasmani,
dan kepercayaan kepada Tuhan.
B.
CIT A-CITA
Dalam kamus
umum Bahasa Indonesia, yang disebut
cita-cita adalah keinginan, harapan, tujuan
yang selalu ada dalam pikiran. Baik
keinginan, harapan, maupun tujuan merupakan
apa yang mau diperoleh seseorang pada
masa mendatang. Dengan demikian cita-cita
merupakan pandangan masa depan, merupakan pandangan
hidup yang akan datang. Pada umumnya cita-cita
merupakan semacam garis linier yang makin
lama makin tinggi, dengan perkataan lain:
cita-cita merupakan keinginan, harapan, dan
tujuan manusia yang makin tinggi tingkatannya.
Apabila cita-cita itu
tidak mungkin atau belum mungkin terpenuhi, maka
cita-cita itu disebut angan-angan. Disini persyaratan dan
kemampuan tidak/belum dipenuhi sehinga usaha untuk
mewujudkan cita-cita itu tidak mungkin dilakukan.
Misalnya seorang anak bercita-cita ingin menjadi
dokter, ia belum sekolah, tidak mungkin berpikir
baik, sehingga tidak punya kemampuan
berusaha mencapai cita-cita. Itu baru dalam taraf
angan-angan.
Antara masa sekarang yang
merupakan realita dengan masa yang akan datang sebagai ide atau
cita-cita terdapat jarak waktu. Dapatkah seseorang mencapai apa
yang dicita-citakan, hal itu bergantung dari tiga faktor. Pertama,
manusianya yaitu yang memiliki cita-cita; kedua, kondisi yang
dihadapi selama mencapai apa yang dicita-citakan; dan ketiga, seberapa
tinggikah cita-cita yang hendak dicapai.
Faktor manusia yang mau
mencapai cita-cita ditentukan oleh kualitas
manusianya. Ada orang yag tidak berkemauan, sehingga apa yang dicita-citakan
hanya merupakan khayalan saja. Hal demikian banyak menimpa anak-anak muda
yang memang senang berkhayal, tetapi sulit mencapai apa yang dicita-citakan
karena kurang mengukur dengan kemampuannya sendiri. Sebaliknya dengan
anak yang dengan kemauan keras ingin
mencapai apa yang di cita-citakan, cita-cita merupakan motivasi
atau dorongan dalam menempuh hidup untuk mencapainya. Cara keras dalam
mencapai cita-cita merupakan suatu perjuangan hidup yang bila
berhasil akan menjadikan dirinya puas.
Faktor kondisi yang mempengaruhi tercapainya
cita-cita, pada umumnya dapat disebut yang menguntungkan dan yang menghambat.
Faktor yang menguntungkan merupakan kondisi yang memperlancar tercapainya suatu
cita-cita. Sedangkan faktor yang menghambat merupakan kondisi yang
merintangi tercapainya suatu cita-cita, Misalnya
sebagai bcrikut :
Amir dan Budi adalah dua anak pandai
dalam satu kelas, keduanya bercita-cita menjadi sarjana. Amir anak
orang yang cukup kaya, sehingga dalam mencapai cita-citanya tidak
mengalami hambatan. Malahan dapat dikatakan bahwa kondisi ekonomi orang tuanya
merupakan faktor yang menguntungkan atau memudahkan mencapai
cita-cita si Amir.Sebaliknya dengan Budi yang orang tuanya
ekonominya lemah, menyebabkan ia tidak mampu mencapai
cita-citanya. Ekonomi orang tua Budi yang lemah merupakan hambatan
bagi Budi dalam mencapai cita-citanya.
C. KEBAJIKAN
Kebajikan atau kebaikan atau
perbuatan yang mendatangkan kebaikan pada hakekatnya sarna dengan
perbuatan moral, perbuatan yang sesuai dengan
norma-norma agama dan etika. Manusia berbuat baik,
karena menurut kodratnya manusia itu baik, mahluk
bermoral. Atas dorongan suara hatinya manusia cenderung
berbuat baik.
Manusia adalah seorang pribadi
yang utuh yang terdiri atas jiwa dan badan. Kedua unsur itu
terpisah bila manusia meninggal. Karena merupakan
pribadi, manusia mempunyai pendapat sendiri, ia
mencintai diri sendiri, perasaan sendiri, cita-cita sendiri
dan sebagainya. Justru karena itu, karena mementingkan diri
sendiri, seringkali manusia tidak mengenal kebajikan.
Manusia merupakan mahluk sosial:
manusia hidup bermasyarakat,manusia saling membutuhkan, saling menolong,saling
menghargai sesama anggota masyarakat. Sebaliknya pula saling mencurigai,
saling membenci, saling merugikan,dan sebagainya.
Manusia sebagai mahluk Tuhan,
diciptakan Tuhan dan dapat berekembang karena Tuhan. Untuk itu manusia
dilengkapi kemampuan jasmani dan rohani juga
fasilitas alam sekitarnya seperti tanah, air,
tumbuh-tumbuhan dan sebagainya.
Untuk melihat apa itu kebajikan, kita
harus melihat dari tiga segi, yaitu manusia sebagai mahluk pribadi,
manusia sebagai anggota masyarakat,dan manusia sebagai mahluk
Tuhan.
Sebagai mahluk pribadi, manusia dapat
menentukan sendiri apa yang baik dan apa yang buruk.Baik buruk itu ditentukan
oleh suara hati. Suara hati adalah semacam bisikan di dalam
hati yang mendesak seseorang untuk menimbang dan
menentukan baik buruknya suatu perbuatan,tindakan atau tingkah laku. Jadi suara
hati dapat merupakan hakim untuk diri sendiri. Sebab itu,
nilai suara hati amat besar dan penting dalam
hidup manusia. Misalnya orang tahu, bahwa
membunuh itu buruk, jahat: suara hatinya mengatakan
demikian, namun manusia kadang-kadang tak mendengarkan suara
hatinya.
Suara hati selalu memilih yang
baik, sebab itu ia selalu mendesak orang untuk berbuat yang
baik bagi dirinya. Oleh karena itu, kalau
seseoraang berbuat sesuatu sesuai dengan bisikan suara
hatinya, maka orang tersebut perbuatannya pasti baik. Jadi berbuat atau
bertindak menurut suara hati, maka tindakan atau perbuatan
itu adalah baik. Sebaliknya perbuatan atau tindakan
berlawanan dengan suara hati kita, maka perbuatan atau tindakan itu
buruk. Misalnya, suara hati kita mengatakan “tolonglah orang yang menderita
itu”, dan kita berbuat menolongnya, maka kita membuat
kebajikan. Sebaliknya, apabila hati kita berkata demikian,namun
kita hanya seolah-olah tak mendengarkan suara hati itu, maka
munafiklah kita.
Karena merupakan anggota masyarakat,
maka seseorang juga terikat dengan suara masyarakat.
Setiap masyarakat adalah kumpulan pribadi-pribadi, sehingga setiap suara
masyarakat pada hakekatnya adalah kumpulan suara hati
pribadi-pribadi dalam masyarakat itu. Sebagaimana suara hati tiap
pribadi itu pasti selalu menginginkan yang baik,maka masyarakat yang
terdiri atas pribadi-pribadi itu pun pasti suara hatinya juga
menginginkan yang baik, maka masyarakat yang terdiri atas pribadi-pribadi
pasti suara hatinya juga menginginkan yang baik untuk kehidupan
masyarakatnya. Sebab itu jika benar-benar berdasarkan pada suara hati
anggota-anggotanya. Suara hati masyarakat pada dasarnya adalah
baik. Misalnya, warga disuatu daerah menghendaki kerja bakti
dengan mengadakan pembersihan saluran air di kampung. Bila kita ikut
beramai-ramai kerja bakti, berarti kita mengikuti suara hati
masyarakat, kerja bakti itu. Tetapi bila kita tidak mengikutinya berarti
kita tidak mau mengikuti suara hati masyarakat.
Sesuatu yang baik bagi
masyarakat, berarti baik bagi kepentingan masyarakat. Tetapi dapat saja
terjadi, bahwa sesuatu yang baik bagi kepentingan umum/masyarakat tidak baik
bagi salah seorang atau segelintir orang didalamnya atau
sebaliknya. Dengan demikian, seseorang harus tunduk kepada apa yang
baik bagi masyarakat umum.
Contoh :
Budi tidak setuju jalan di depan
rumahnya diperlebar, karena harus memotong bagian depan rumahnya. Tetapi
masyarakat kampung mengusulkan dan telah disetujui jalan itu harus
diperlcbar demi keamanan. Akhimya karena desakan seluruh warga, dengan
sangat terpaksa Budi menyetujuinya.
Jadi baik atau buruk itu dilihat
menurut suara hati sendiri. Meskipun demikian harus dinilai dan diukur
menurut suara atau pendapat umum. Disini tidak berarti bahwa pendapat umum atau
kepentingan umum itu di atas segala-galanya, sehingga suara hati,
pendapat atau kepentingan pribadi-pribadi diperkosa begitu
saja.
Sebagai mahluk Tuhan, manusia
pun harus mendengarkan suara hati Tuhan. Suara Tuhan selalu membisikkan
agar manusia berbuat baik dan mengelakkan perbuatan yang tidak baik. Jadi,untuk
mengukur perbuatan baik buruk, harus kita dengar pula suara Tuhan atau kehendak
Tuhan. Kehendak Tuhan berbentuk hukum Tuhan atau
hukum agama.
Jadi kebajikan itu adalah
perbuatan yang selaras dengan suara hati kita, suara hati masyarakat
dan hukum Tuhan. Kebajikan berarti berkata sopan,
santun, berbahasa baik, bertingkah laku baik, ramah tamah terhadap siapapun, berpakaian
sopan agar tidak merangsang bagi yang melihatnya.
Baik-buruk, kebajikan dan
ketidakbijakan menimbulkan daya kreatifitas bagi seniman.
Banyak hasil seni lahir dari imajinasi kebajikan dan
ketidakbajikan.
Namun ada pula kebajikan semua, yaitu
kejahatan yang berselubung kebajikan. kebajikan semu ini sangat berbahaya,
karena pelakunya orang-orang munafik, yang bermaksud meneari
keuntungan diri sendiri.
Kebajikan manusia nyata
dan dapat dirasakan dalarn tingkah lakunya. Karena
tingkah laku bersurnber pada pandangan hidup, maka setiap orang memiliki
tingkah laku sendin-sendiri, sehingga tingkah laku setiap
orang berbeda-beda.
Faktor-faktor yang menentukan tingkah
laku setiap orang ada tiga hal. Pertama faktor pembawaan
(heriditas) yang telah ditentukan pada waktu seseorang masih dalam
kandungan. Pembawaan merupakan hal yang diturunkan atau
dipusakai oleh orang tua. Tetapi mengapa mereka yang
saudara sekandung tidak memiliki pembawaan yang sarna? Hal
itu disebabkan, karena sel-sel benih yang mengandung
faktor-faktor penentu (determinan) berjumlah sangat banyak:
pada saat konsepsi saling berkombinasi dengan cara bermacam-macam
sehingga menghasilkan anak yang bermacam-macam juga
(prinsip variasi dalam keturunan). Namun mereka yang
bersaudara memperlihatkan kecondongan kearah rata-rata,
yaitu sifat rata-rata yang dimiliki oleh mereka yang saudara
sekandung (prinsip regresi filial). Pada masa konsepsi atau pembuahan
itulah terjadi pembentukan temperamen seseorang.
Faktor kedua yang
menentukan tingkah laku seseorang adalah Iingkungan (environ
ment). Lingkungan yang membentuk seseorang
merupakan alam kedua yang terjadinya
setelah seorang anak lahir (masa pembentukan
seseorang waktu masih dalam kandungan merupakan
alam pertama ). Lingkungan membentuk jiwa
seseorang meliputi lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Dalarn lingkungan keluarga orang tua maupun anak
-anak yang lebih tua merupupakan panutan seseorang,
sehingga bila yang dianut sebagai teladan berbuat yang balk-balk,
maka si anak yang tengah membentuk diri pribadinya akan baikjuga.
Dalarn lingkungan sekolah yang
menjadi panutan utama adalah guru, sementara itu
ternan-ternan sekolah ikut serta memberikan andilnya. Dalam lingkungan sekolah
tokoh panutan seorang anak sudah memiliki posisi
yang lebih luas dibandingkan dengan dalarn
keluarga. Pembentukan pri bad i dalarn
sekolah terjadi pada masa anak-anak
at au masa sekolah. Lingkungan ketiga
adalah masyarakat, yang menjadi panutan
bagi seseorang adalah tokoh masyarakat dengan
masa setelah anak-anak menjadi dewasa atau duduk di
perguruan tinggi. Selain tokoh-tokoh dalarn rumah
tangga, sekolah dan masyarakat yang
merupakan person, kepribadian seorang anak juga memperoleh
pengaruh dari benda-benda atau peralatan dalarn lingkungaan
tersebut yang merupakan non person. Karena itu dalarn pembentukan
kepribadian pada umumnya anak-anak kota lebih
trampil dibandingkan dengan anak pedesaan, namun dalam
hubungan bermasyarakat lebih-lebih yang berjenjang
anak-anak dari daerah pedesaan lebih unggul.
Faktor ketiga yang menentukan
tingkah laku seseorang adalah pen gala man yang khas yang
pemah diperoleh. Baik pengalaman pahit yang
sifatnya negatif, maupun pengalarnan manis yang
sifatnya positif. Memberikan pada manusia suatu bekal yang selalu dipergunakan
sebagai pertimbangan sebelum seseorang mengarnbil tindakan. Mungkin
sekali bahwa berdasarkan hati nurani seseorang mau
menolong orang dalarn kesusahan, tetapi karena
pemah memperoleh pengalarnan pahit waktu
mau menolong seseorang sebelumnya, maka niat baiknya itu tertahan,
sehingga diurungkan untuk membantu. Belajar hidup dari pengalarnan inilah
yang merupakan pembentukan budaya dalarn diri
seseorang.
Dalam prakteknya, dari ketiga faktor
diatas. yaitu hereditas, lingkungan, dan pengalarnan. manakah yang
paling dominan? Sulit diberikan jawaban, karena
ketiga-tiganya terjalin erat sekali. Disarnping
itu ketiga faktor tersebut dalam membentuk pribadi seseorang
berbeda kekuatannya dengan pembentukan pada pribadi
lain.
D.
USAHA / PERJUANGAN
Usaha/perjuangan adalah kerja
keras untuk mewujudkan cita-cita. Setiap manusia hams kerja keras
untuk kelanjutan hidupnya, Sebagian hidup manusia adalah
usaha/perjuangan. Perjuangan untuk hidup, dan ini
sudah kodrat manusia. Tanpa
usaha/perjuangan, manusia tidak dapat hidup sempuma. Apabila
manusia bercita-cita menjadi kaya, ia harus kerja keras. Apabila
seseorang bercita-cita menjadi ilmuwan, ia harus rajin belajar dan tekun serta
memenuhi semua ketentuan akademik.
Kerja keras itu dapat dilakukan dengan
otak/ilmu maupun dengan tenaga/jasmani, atau dengan kedua-duanya.
Para ilmuwan lebih banyak bekerja keras dengan otak/ilmunya daripada
dengan jasmaninya. Sebaliknya pam
buruh, petani lebih banyak menggunakan
jasamani daripada otaknya. Para tukang dan pam ahli lebih banyak
menggunakan kedua-duanya otak dan jasmani
daripada salah satunya. Para politisi lebih banyak
kerja otak daripada jasmani. Sebaliknya para prajurit
lebih ban yak kerja jasmani daripada otak.
Kerja keras pada dasamya
menghargai dan meningkatkan harkat dan martabat manusia. Sebaliknya
pemalas membuat manusia itu miskin, melarat, dan
berarti menjatuhkan harkat dan martabatnya sendiri.
Karma itu tidak boleh bermalas-malas, bersantai-santai dalam
hidup ini. Santai dan istirahat ada waktunya dan
manusia mengatur waktunya itu.
Dalam agama pun
diperintahkan untuk kerja keras. Sebagaimana hadist yang diucapkan
Nabi Besar Muhammad S.A.W. yang ditujukan kepada para
pengikutnya:”Bekerjalah kamu seakan-akan kamu
hidup selama-lamanya. dan beribadahlah kamu
seakan-akan kamu akan mati besok. Allah berfirman
dalarn Al-Qur’an surat Ar-Ra’du ayat II :
“sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan
suatu kaum, kecuali jika mereka mengubah
keadaan diri mereka sendiri”. Dari haidst dan firman ini
dapat dinyatakan bahwa manusia perlu kerja keras untuk
mempenbaiki nasibnya sendiri.
Untuk bekerja keras
manusia dibatasi oleh kemampuan. Karena kemampuan
terbatas itulah timbul perbedaan tingkat kernakmuran antara manusia satu dan
manusia lainnya. Kemampuan itu terbatas pada
fisik dan keahlian/ketrampilan. Orang bekerja
dengan fisik lemah memperoleh hasil sedikit, ketrampilan akan
memperoleh penghasilan lebih banyak jika dibandingkan dengan
orang yang tidak mempunyai ketrampilan/keahlian. Karena itu mencari ilmu
dan keahlian/ketrampilan itu suatu keharusan. Sebagaimana
dinyatakan dalam ungkapan sastra: “tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke
liang lahat” dalam pendidikan dikatakan sebagai “long life
education”
Karena manusia itu
mempunyai rasa kebersamaan dan belas
kasihan (cinta kasih) antara sesama manusia. maka ketidakmampuan
atau kemampuan terbatas yang menimbulkan perbedaan
tingkat kemakmuran itu dapat diatasi
bersama-sama secara tolong menolong,
bergotong-royong. Apabila sistem ini diangkat ke
tingkat organisasi negara,maka negara akan mengatur
usaha/peljuangan warga negaranya
sedemikian rupa, sehingga perbedaan tingkat
kemakmuran antara sesama warga negara dapat dihilangkan atau tidak
terlalu mencolok. Keadaan ini dapat dikaji melalui
pendangan hidup/ideologi yang dianut oleh
suatu negara.
E.
KEYAKINAN / KEPERCAYAAN
Keyakinan/kepercayaan yang menjadi
dasar pandangan hidup berasal dari akal atau kekuaasaan Tuhan. Menurut
Prof.Dr.Harun Nasution, ada tiga aliran filsafat,yaitu aliran naturalisme,
aliran intelektualisme, dan aliran gabungan.
(a)
Aliran Naturalisme
Hidup manusia itu dihubungkan dengan
kekuatan gaib yang merupakan kekuatan tertinggi. Kekuatan gaib itu dari natur,
dan itu dari Tuhan. Tetapi bagi yang tidak percaya pada Tuhan, natur itulah
yang tertinggi. Tuhan menciptakan alarn semesta lengkap dengan hukum-hukumnya.
secara mutlak dikuasai Tuhan. Manusia sebagai mahluk tidak mampu menguasai
alarn ini, karena manusia itu lemah. Manusia hanya dapat berusaha/berencana
tetapi Tuhan yang menentukan .
Aliran naturalisme berintikan
spekulasi, mungkin ada Tuhan mungkin juga tidak ada Tuhan. Lalu mana yang benar
? Yang benar adalah keyakinan. Jika kita yakin Tuhan itu ada, maka kita katakan
Tuhan ada. Bagi yang tidak yakin, dikatakan Tuhan tidak ada yang ada hanya
natur.
Bagi yang percaya Tuhan, Tuhan itulah
kekuasaan tertinggi. Manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan. Karena itu manusia
mengabdi kepada Tuhan berdasarkan ajaran-ajaranTuhan yaitu agarna. Ajaran
agarna itu ada dua macarn yaitu :
1. Ajaran
agarna dogmatis, yang disarnpaikanoleh Tuhan melalui nabi-nabi. Ajaran agarna
yang dogmatis bersifat mutlak (absolut),terdapat dalam kitab suci Al-Quran dan
Hadist. Sifatnya tetap, tidak berubah-ubah.
2.Ajaran
agarna dari pemuka-pemukaagarna,yaitu sebagaihasil pemikiranmanusia, sifatnya
relatif(terbatas).Ajaranagarnadari
pemuka-pemukaagarnatermasukkebudayaan,terdapat dalarn buku-buku agarna yang
ditulis oleh pemuka-pemuka agarna. Sifatnya dapat berubah-ubah sesuai dengan perkembanganjarnan.
Apabila aliran naturalisme
ini dihubungkan dengan pandangan hidup, maka keyakinan
manusia itu bennula dan Tuhan.Jadi, pandangan
hidup dilandasi oleh ajaran-ajaran Tuhan melalui
agamanya Manusia yakin bahwa kebajikan itu diridhoi
oleh Tuhan. pandangan hidup yang dilandasi
keyakinan bahwa Tuhanlah kekuasaan
tertinggi, yang menentukan segala-galanya
disebut pandangan hidup religius (keagamaan).
Sebaliknya, apabila
manusia tidak mengakui adanya Tuhan, natur adalah
kekuatan tertinggi, maka keyakinan itu bermula
dan kekuatan natur. Pandangan hidupnya dilandasi
oleh kekuatan natur. Manusia yakin bahwa
kebajikan adalah kebajikan natur. Pandangan hidup
yang dilandasi oleh kekuatan natur sifatnya
atheisme. Ini disebut pandangan hidup komunis.
(b)
Aliran intelektualisme
Dasar aliran ini adalah logika / akal.
Manusia mengutamakan akal. Dengan akal manusia berpikir. Mana
yang benar menu rut akal itulah yang baik,
walaupun bertentangan dengan kekuatan hati
nurani. Manusia yakin bahwa dengan kekuatan pikir (akal)
kebajikan itu dapat dicapai dengan sukses. Dengan akal diciptakan
teknologi. Teknologi adalah a1at bantu mencapai kebajikan
yang maksimal, walaupun mungkin teknologi
memberi akibat yang bertentangan dengan hati nurani.
Akal berasal dan
bahasa Arab, artinya kalbu, yang berpusat di
hati, sehingga timbul istilah “hati nurani”, artinya daya
rasa Di Barat hati nurani ini menipis, justru yang menonjol
adalah akal yaitu logika berpikir, Karena itu aliran
ini banyak dianut di kalangan Barat di Timur
orang mengutamakan hati nurani,yang baik menurut
akal belurn tentu baik menurut hati nurani.
Apabila aliran ini
dihubungkan dengan pandangan hidup, maka keyakinan
manusia ito bennula dan akal. Jadi pandangan hidup ini dilandasi
oleh keyakinan kebenaran yang diterima akal. Benar menurut
akal itulah yang baik. Manusia yakin bahwa
kebajikan hanya dapat diperoleh dengan akal (ilmu dan
teknologi). Pandangan hidup ini disebut llberalisme.Kebebasan akal
menimbulkan kebebasan bertingkah laku
dan berbuat, walaupun tingkah laku dan
perbuatan itu bertentangan dengan hati nurani. Kebebasan
akallebih ditekankan pada setiap individu. karena itu individu yang
berakal (berilmu dan berteknologi tinggi) dapat menguasai individu
yang berpikir rendah (bodoh).
(c)
Aliran Gabungan
Dasar aliran ini ialah kekuatan gaib
dan juga akal. kekuatan gaib aninya kelruatan yang berasal
dan Tuhan, percaya adanya Tuhan sebagai dasar
keyakinan. Sedangkan aka! adalah dasar kebudayaan, yang
menentukan benar tidaknya sesuato. Segala
sesuatu dinilai dengan akal, baik sebagai logika
berpikir maupun sebagai rasa (hati nurani). Jadi,
apa yang benac menurut logika berpikir juga dapat diterima
oleh hati nurani.
Apabila aliran ini dihubungkan
dengan pandangan hidup, maka akan timbul dua kemungkinan pandangan hidup.
Apabila keyakinan lebih berat didasarlcan pada logika berpildr, sedangkan
hati nurani dinomor duakan, kekuatan gaib dari
Tuhan diakui adanya tetapi tidak menentukan, dan logika
berpikir tidak ditekankan pada logika berpikir individu, melainkan logika
berpikir kolektif (masyarakat), pandangan hidup ini disebut sosialisme.
Apabila dasar keyakinan itu kekuatan
gaib dari Tuhan dan akal, kedua-duanya mendasari keyakinan secara berimbang,
akal dalam arti baik sebagai logika berpikir maupun sebagai daya rasa (hati
nurani), logika berpikir baik secara individual maupun secara kolektif
pandangan hidup ini disebut sosialime – religius. Kebajikan yang
dikehendaki adalah kebajikan menurut logika berpikir dan dapat diterima
oleh hati nurani, semuanya itu berkat karunia Tuhan.
Apabila kita kaji maka antara dua
pandangan hidup ini terdapat perbedaan pokok. Pandangan hidup sosialisme
menekankan pada logika berpikir kolektif, sedangkan pandangan hidup
sosialisme religius menenkankan pada logika berpikir kolektif
individual.Pandangan hidup sosialisme mengutamakan logika berpikir dari
pada hati nurani, sedangkan sosialisme religius mengutamakan kedua-duanya
logika berpikir dan hati nurani. Pandangan hidup sosialisme tidak begitu
menghiraukan kekuasaan Tuhan, sebaliknya sosialisme religius kekuasaan Tuhan
begitu menentukan.
F.
LANGKAH-LANGKAH BERPANDANGAN HIDUP YANG BalK
Manusia pasti mempunyai pandangan
hidup walau bagaimanapun bentuknya. Bagaimana kita memeperlakukan pandangan hidup
itu tergantung pada orang yang bersangkutan. Ada yang memperlakukan pandangan
hidup itu sebagai sarana mencapai tujuan dan ada pula yang memperlakukaan
sebagai penimbul kesejahteraan, ketentraman dan sebagainya.
Akan tetapi yang terpenting, kita
seharusnya rnernpunyai langkah-langkah berpandangan hidup ini. Karena
hanya dengan rnernpunyai langkah-langkah itulah kita dapat memperlakukan
pandangan hidup sebagai sarana mcncapai tujuan dan
cita-cita dengan baik. Adapun langkah-langkah itu sebagai berikut :
(1)
Mengenal
Mengenal merupakan suatu kodrat bagi
rnanusia yaitu rnerupakan tahap pertarna dari setiap aktivitas hidupnya
yang dalam jal ini rnengenal apa itu pandangan hidup. Tentunya kita yakin
dan sadar bahwa sctiap manusia itu pasti rnernpunyai pandangan hidup, maka kita
dapat memastikan bahwa pandangan hidup itu ada sejak rnanusia itu ada, dan
bahkan hidup itu ada sebelum manusia itu bel urn turun ke dunia. Adam dan
hawalah dalam hal ini yang merupakan manusia pertama, dan berarti pula mereka
rnernpunyai pandangan hidup yang digunakan sebagai pedoman dan yang rnernberi
petunjuk kepada mereka.
Sedangkan kita sebagai mahluk yang
bernegara dan atau beragama pasti mempunyai pandangan hidup juga dalam beragama,
khususnya Islam, kita rnernpunyai pandangan hidup yaitu AI-Qur’an,
Hadist dan ijmak Ulama, yang rnerupakan satu kesatuan dan lidak dapat dipisah-pisahkan
satu sama lainnya.
(2)
Mengerti
Tahap kedua untuk berpandangan hidup
yang baik adalah mengerti. Mengerti disini dimaksudkan mengerti
terhadap pandangan hidup itu sendiri. Bila dalam bernegara kita
berpandangan pada Pancasila, maka dalam berpandangan hidup pada Pancasila
kita hendaknya mengerti apa Pancasila dan bagaimana
mengatur kehidupan bernegara.Begitu juga bagai yang
berpandangan hidup pada agama Islam. Hendaknya kita mengerti apa
itu Al-Qur’an, Hadist dan ijmak itu dan bagaimana ketiganya itu
mengatur kehidupan baik di dunia maupun di akherat Selain itu juga kita mengerti
untuk apa dan dari mana Al Qur’an, hadist, dan ijmak itu. Sehingga dengan
demikian mempunyai suatu konsep pengertian tentang pandangan
hidup dalam Agama Islam.
Mengerti terhadap pandangan hidup di sini memegang peranan
penting. Karena dengan mengerti, ada kecenderungan
mengikuti apa yang terdapat dalam pandangan hidup
itu.
(3)
Menghayati
Langkah selanjutnya
setelah mengerti pandangan hidup adalah menghayati pandangan
hidup itu. Dengan menghayati pandangan hidup kita
memperoleh gambaran yang tepat dan benar mengenai
kebenaran pandangan hdiup itu sendiri.
Menghayati disini dapat diibaratkan
menghayati nilai-nilai yang terkandung didalanmya, yaitu dengan
memperluas dan memperdalam pengetahuan mengenai pandangan hidup itu
sendiri. Langkah-langkah yang dapat ditempuh
dalam rangka menghayati ini, menganalisa hal-hal
yang berhubungan dengan pandangan hidup,
bertanya kepada orang yang dianggap lebih tabu dan
lebih berpengalaman mengenai isi pandangan hidup itu atau mengenai pandangan
hidup itu sendiri. Jadi dengan menghayati pandangan hid up kita
akan memperoleh mengenai kebenaran tentang pandangan hidup
itu sendiri.
Yang perlu diingat
dalam langkah mengerti dan menghayati
pandangan hidup itu, yaitu harus ada.
Sikap penerimaan terhadap pandangan hidup itu sendiri. Dalam sikap
penerimaan pandangan hidup ini ada dua
altematif yaitu penerimaan secara
ikhlas dan penerimaaan secara tidak ikhlas.
Dengan kata lain langkah mengenai
mengerti dan menghayati ini ada sikap penerimaan dan hal lain
merupakan langkah yang menentukan terhadap langkah
selanjutnya. Bila dalarn mengerti dan menghayati ini ada penerimaan
secara ikhlas,maka langkah selanjutnya akan memperkuat
keyakinannya. Akan tetapi bila sebaliknya langkah
selanjutnya tidak berguna.
(4)
Meyakini
Setelah mengetahui kebenaran dan
validitas, baik secara kemanusiaan, maupun ditinjau dan
segi kemasyarakatan maupun negara dan dari
kehidupan di akherat, maka hendaknya kita meyakini
pandangan hidup yang telah kita hayati itu. Meyakini ini
merupakan suatu hal untuk cenderung memperoleh suatu
kepastian sehingga dapat mencapai suatu tujuan hidupnya.
Dengan meyakini
berarti secara langsung ada penerimaan
yang ikhlas terhadap pandangan hidup
itu. Adanya sikap menerima secara ikhlas
ini maka ada kecenderungan untuk selalu berpedoman kepadanya dalam
segala tingkah laku dan tindak tanduknya selalu dipengaruhi oleh pandangan
hidup yang diyakininya. Dalam meyakini ini penting juga adanya iman
yang teguh. Sebab dengan iman yang teguh ini dia tak akan terpengaruh oleh
pengaruh dari luar dirinya yang menyebabkan dirinya tersugesti.
Contoh:
Bahwa keyakinan itu penting dalam
tingkah laku. Kita sebagai umat yang beragama Islam yakin bahwa Allah itu
mempunyai sifat yang malla dari segala yang diantaranya adalah maha mengetahui.
Sifat maha mengetahui ini membuat orang yang meyakininya selalu berbuat
baik, Dalam hal ini adalah keyakinan yang sebenar-benamya. Akan tetapi
dalam kasus tertentu ada pula orang yang walaupun meyakini, tetapi karena
imannya tipis maka terpaksa melanggar ketentuannya.
(5.)
Mengabdi
Pengabdian merupakan sesuatu hal yang
penting dalam menghayati dan meyakini sesuatu yang telah dibenarkan dan
diterima baik oleh dirinya lebih-lebih oleh orang lain. Dengan mengabdi maka
kita akan merasakan manfaatnya Sedangkan perwujudan manfaat mengabdi ini dapat
dirasakan oleh pribadi kita sendiri. Dan manfaat itu sendiri bisa terwujud di
masa masih hidup dan atau sesudah meninggal yaitu di alam akherat.
Dampak berpandangan hidup Islam yang
antara lain yaitu mengabdi kepada orang tua (kedua orang tua). Dalam mengabdi
kepada orang tua bila didasari oelh pandangan hidup Islam maka akan cenderung
untuk selalu disertai dengan ketaatan dalam mengikuti segala perintahnya.
Setidak-tidaknya kita menyadari bahwa kita sudah selayaknya mengabdi
kepada orang tua. Karena kita dahulu yaitu dari bayi sampai dapat berdiri
sendiri tokh diasuhnya dan juga kita dididik kepada hal yang baik.
Oleh karena itu seharusnya mengabdi
kepada orang tua kita dengan perwujudannya yang berupa perbuatan yang
menyenangkan hatinya, baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
Artinya apapun yang menjadi hambatan dan tantangan kita untuk tidak mengabdi
kepadanya harus selalu ditumbangkan.
Jadi jika kita sudah mengenal,
mengerti, menghayati, dan meyakini pandangan hidup ini, maka selayaknya
disertai dengan pengabdian. Dan pengabdian ini hendaknya dijadikan
pakaian, baik dalam waktu tentram Iebih-lebih bila menghadapi hambatan,
tantangan dan sebagainya.
(6) Mengamankan
Mungkin sudah merupakan sifat manusia
bahwa bila sudah mengabdikan diri pada suatu pandangan hidup lalu ada orang
lain yang mengganggu dan atau mayalahkannya tentu dia tidak
menerima dan bahkan cenderung untuk mengadakan perlawanan. Hal ini karena
kemungkinan merasakan bahwa dalam berpandangan hidup
itu dia telah mengikuti langkah-langkah sebelumnya dan
langkah-langkah yang ditempuhnya itu telah dibuktikan kebenarannya
sehingga akibatnya bila ada orang lain yang mengganggunya rnaka dia pasti akan
mengadakan suatu respon entah respon itu berwujud tindakan atau lainnya.
Proses mengamankan ini merupakan
langkah terakhir.Tidak mungkin atau sedikit kemungkinan bila belum
mendalami langkah sebelumnya lalu akan ada proses mengamankan ini.
Langkah yang terakhir ini merupakan langkah terberat
dan benar-benar membutuhkan iman yang teguh dan kebenaran dalam menanggulangi
segala sesuatu demi tegaknya pandangan hidup itu.
Misalnya seorang yang beragama Islam
dan berpegang teguh kepada pandangan hidupnyaa,lalu suatu
ketika dia dicela baik secara langsung ataupun secara
tidak langsung, maka jelas dia tidak menerima
celaan itu. Bahkan bila ada orang yang ingin
merusak atau bahkan ingin memusnahkan agama
Islam baik terang-terangan ataupun secara
diam-diam, sudah tentu dan sudah selayaknya kita
mengadakan tindakan terhadap segala sesuatu yang
menjadi pengganggu.
Sumber: http://gipthalife.blogspot.com/2014/01/bab-viii-manusia-dan-pandangan-hidup.html